MENGENAL LEBIH DEKAT LAYANAN BEDAH VASKULAR DAN ENDOVASKULAR DI RSUD BANTEN
MENGENAL LEBIH DEKAT LAYANAN BEDAH VASKULAR DAN ENDOVASKULAR DI RSUD BANTEN
|
|
dr. Irwan Mulyantara, M.Kes., SpB(K)V RSU Banten
|
Berita gembira bagi masyarakat Banten, saat ini
RSUD Banten sudah menambah layanan poli bedah vaskuler dengan bergabungnya
dokter sub spesialis Bedah Vaskuler yaitu dr.Irwan Mulyantara, M.Kes,Sp.B (K)
V.
Layanan poli bedah vaskuler di RSUD Banten bisa
di akses setiap hari senin sampai dengan sabtu jam 08.00 WIB sampai dengan jam
14.00 WIB.
Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu Bedah
Vaskuler, berikut ini akan dijelaskan tentang layanan Bedah Vaskuler di RSUD
Banten.
Perkembangan Bedah Vaskular
Indonesia
Seorang subspesialis bedah Vaskular dan Endovaskular adalah seorang
ahli yang mengkhususkan diri dalam pengobatan semua penyakit pembuluh darah
baik arteri, vena ataupun limfatik kecuali prosedur pada jantung dan otak. Di
Indonesia spesialis ini mulai ada sejak 1973 yang dirintis oleh Prof dr Djang
Djusi SpB(K)V dan dr Murnizal SpB(K)V di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Pada tahun 1996 dibentuk Perhimpunan Bedah Vaskular dan Endovaskular Indonesia
(PESBEVI) dan diterima sebagai anggota Asian Society of Vascular Surgery
(ASVS). Sesuai Benchmark yang
berkembang didunia, Bedah vaskular Indonesia dikembangkan sebagai subspesialis
dari ilmu bedah umum dimana ahli bedah vaskular dan endovaskular merupakan ahli
bedah umum dengan pendidikan lanjutan selama 2 tahun khusus dibidang vaskular.
Seorang subspesialis bedah vaskular dan endovaskular dapat dikatakan
ahli yang paling paripurna dalam tatalaksana penyakit pembuluh darah
dikarenakan melakukan layanan sesuai dengan kekhususan ilmu bedah vaskular dan
bukan sebagai sampingan dari spesialisasi lain yang saat ini juga melayani
kasus bedah vaskular akibat masih sedikit sekali jumlah subspesialis bedah
vaskular dan endovaskular yang ada di Indonesia. Pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit
vaskular, kemampuan melakukan pemeriksaan diagnostik baik non-invasif maupun
yang invasif dan dalam bidang pengobatan, seorang subspesialis bedah vaskular
dan endovaskular dapat melakukan tindakan konservatif dengan terapi
medikamentosa, melakukan tindakan pembedahan terbuka dan dapat juga melakukan
tindakan yang non-invasif berupa kateterisasi perkutan. Dengan menguasai semua
modalitas tatalaksana tersebut, seorang subspesialis bedah vaskular dan
endovaskular dapat memberikan layanan terbaik, pertimbangan terapi yang sesuai
kondisi beratnya penyakit pasien serta mampu mengatasi komplikasi yang terjadi
pada tatalaksana penyakit-penyakit vaskular.
Layanan Bedah Vaskular dan
Endovaskular.
Penyakit Luka Kaki Diabetes
Penyakit luka kaki diabetik merupakan penyebab utama kejadian
amputasi tungkai pada kasus non trauma. Diperkirakan 15% penderita diabetes
mengalami luka pada kaki. 50-70% luka
kaki diabetes diakibatkan adanya kerusakan pembuluh darah kaki. 84% penderita
yang mengalami amputasi tungkai memiliki riwayat adanya luka pada kaki. 15%
luka kaki diabetik berakhir dengan amputasi dimana setengahnya adalah amputasi
mayor (diatas pergelangan kaki). 50% penderita yang mengalami amputasi akan
mengalami amputasi yang kedua dalam waktu kurang dari 5 tahun. 50% penderita
yang mengalami amputasi meninggal dunia dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun.
Seorang subspesialis bedah vaskular dan endovaskular dapat mendiagnosis ada
atau tidaknya penyakit vaskular pada kaki diabetes, mampu melakukan pembersihan
luka dan perawatan luka dengan metode modern dan melakukan revaskularisasi
apabila ditemukan adanya sumbatan atau penyakit pembuluh darah pada kaki baik
dengan operasi by-pass ataupun dengan
tindakan intervensi kateterisasi perkutan dengan pemasangan ballon dan stent sehingga aliran darah ke lokasi luka menjadi baik kembali dan
luka dapat sembuh. Pada kondisi luka dengan infeksi berat yang mengancam nyawa
ataupun pada kondisi jaringan kaki sudah tidak vital maka dapat dilakukan
amputasi tungkai.
Akses Vaskular
Layanan akses vaskular terutama adalah akses vaskular untuk cuci
darah pada pasien gagal ginjal. Di negara berkembang akses vaskular dan
permasalahannya masih merupakan penyebab rawat dan komorbid yang tinggi bagi
penderita gagal ginjal. Penderita gagal ginjal memerlukan terapi pengganti
ginjal yang dapat berupa hemodialisis (cuci darah) atau peritoneal dialisis.
Pada penderita yang menjalani cuci darah maka diperlukan akses yang
menghubungkan pembuluh darah dengan mesin, dapat dipasang suatu selang yang
dinamakan catheter double lumen (CDL). CDL ada yang jangka pendek (non-tunnel)
dan yang jangka panjang (tunneling), kateter tersebut dimasukkan pada pembuluh
darah vena leher dimana ujung kateter diposisikan pada cavoatrial junction
(CAJ) sehingga dapat mendukung hemodialisis yang adekuat. Untuk akses cuci
darah permanen dibuat yang dinamakan Arteriovenous
shunt (AV Shunt ) atau yang awam dikenal operasi Cimino, dimana pembuluh
darah arteri dan vena pada lengan disambungkan. Fistulasi dari arteri vena akan
menyebabkan vena lengan menjadi besar dan kuat untuk ditusuk untuk akses cuci
darah. Angka kegagalan AV Shunt cukup
tinggi (18-33%) apabila tidak dikerjakan secara benar, baik perencanaannya
maupun tehnis operasinya. Subspesialis bedah vaskular dan endovaskular dapat
melakukan perencanaan berupa diagnostik doppler ultrasound mapping, tehnik
pembedahan yang baik dengan tidak mencederai lapisan dalam pembuluh darah serta
mampu mengevaluasi potensi masalah-masalah yang berakibat terjadinya komplikasi
serta mampu menangani komplikasi dari akses apabila hal yang tidak diinginkan
tersebut terjadi. Komplikasi dari akses dapat diterapi dengan pembedahan
terbuka dengan cara revisi/rekonstruksi AV Shunt atau dengan tindakan minimal
invasif intervensi kateterisasi dan pemasangan ballon dan stent serta
tindakan intervensi untuk meningkatkan atau menurunkan bloodflow
pada AV Shunt tersebut. Tindakan akses lain yang dapat dilakukan adalah
pemasangan akses kateter tenkoff untuk jalan peritoneal dialisis, pemasangan
akses vena sentral untuk terapi cairan dan pemberian nutrisi, pemasangan chemoport yaitu suatu alat yang secara
total ditanam didalam tubuh untuk mempermudah akses pemberian kemotherapi.
Penyakit Varises Tungkai
dan Insufisiensi vena kronik
Varises tungkai adalah perbesaran vena-vena kaki dengan
karakteristik berkelok-kelok, adanya kelemahan dinding vena dan terjadinya akibat adanya kerusakan
katup vena. Dengan rusaknya katup pada vena tungkai menyebabkan aliran darah
dari tungkai yang seharusnya mengalir kembali ke jantung terganggu dan kembali
turun ke tungkai, kondisi yang dinamakan refluks. Darah yang tidak dapat
kembali ke jantung tersebut menumpuk kembali balik ke vena perifer menyebabkan
pelebaran vena dan apabila dibiarkan akan menjadi masalah yang mengganggu.
Gejala yang terasa awalnya perasaan berat pada kaki, perasaan kaki terasa
panas, kebas dan tidak nyaman. Kondisi akan berlanjut menyebabkan bengkak pada
kaki, terjadi perubahan warna kaki yang menghitam disertai kondisi yang
dinamakan lipodermatosklerosis.
Berakhir dengan terbentuknya luka vena yang sukar disembuhkan. Komplikasi lain
yang dapat terjadi adalah pembekuan darah pada vena tungkai dan pelebaran vena
dapat pecah terjadi perdarahan masif. Seorang subspesialis bedah vaskular dapat
melakukan diagnosis secara ultrasound doppler guna mencari tahu lokasi refluks
pada pembuluh darah vena yang terkena dan memberikan terapi sesuai dengan
penyebab. Tindakan dapat berupa sclerotheraphy,
operasi terbuka, ataupun operasi dengan tehnik terbaru dengan ablasi
menggunakan radiofrequensi atau laser endovenous.
Trauma Pembuluh darah
Dengan tingginya mobilisasi dan luasnya ruang hidup pada masyarakat
dewasa ini, jumlah kejadian trauma meningkat pesat, trauma dapat berupa
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan domestik, kecelakaan akibat kerja,
kecelakaan olah raga, kekerasan rumah tangga, kriminalitas dimana kecelakaan
ini sering mengenai pembuluh darah. Trauma vaskular adalah cedera pada pembuluh
darah, dapat terjadi pada pembuluh darah arteri yang mana membawa darah ke
ekstremitas atau organ penting lain, dapat terjadi pada vena yang mana membawa
darah kembali ke jantung. Trauma pada pembuluh darah dapat menyebabkan
pembekuan darah (thrombosis) sehingga menggangu aliran darah ke organ-organ
penting sehingga dapat berakhir katastrofik dengan kondisi iskemia dan nekrosis
jaringan. Trauma pembuluh darah dapat menyebabkan perdarahan masif yang
mengancam nyawa. Subspesialis bedah vaskular dan endovaskular mampu melakukan
rekonstruksi pembuluh darah dan penghentian perdarahan baik dengan pembedahan
maupun dengan tindakan embolisasi. Serta apabila telah terjadi fistula abnormal
akibat trauma maka dapat dilakukan penutupan fistula dengan cara operasi dan
tanpa operasi.
Penyakit Pelebaran Pembuluh
Darah Aorta
Aneurisma aorta adalah perbesaran aorta lebih dari 1.5x ukuran
normal. Biasanya tidak ada gejala hingga terjadi ruptur (pecah). Kejadian
ruptur biasanya katastrofik dengan angka kematian sangat tinggi. Bila belum
pecah maka pembuluh darah aorta diperut cenderung bertambah membesar sehingga
pada penderita yang kurus akan teraba benjolan yang berdenyut, nyeri pada dada,
punggung belakang hingga ke daerah selangkangan. Umumnya perbesaran lokasi
aneurisma adalah pada aorta perut tetapi dapat juga terjadi pada aorta rongga
dada yang dikenal dengan aneurisma aorta thorakal. Resiko pecah pada pelebaran
pembuluh darah aorta dengan diameter kurang dari5.5cm adalah sebesar 1% dan
bertambah 1% setiap tahunnya. Aneurisma dengan diameter 5-7cm resiko pecah
adalah sebesar 10% dan aneurisma dengan diameter diatas 7cm adalah sebesar 33%.
Bila aorta pecah maka dapat terjadi kematian mendadak, nyeri perut hebat
disertai penurunan kesadaran. Angka kematian pada kasus pembuluh darah aorta
yang pecah adalah 90%. 65-75% penderita meninggal bahkan sebelum tiba dirumah sakit
dan dari sisa penderita yang masih hidup sampai ke rumah sakit 90% meninggal
sebelum bisa masuk kamar operasi. Penyebab aneurisma tersebut belum diketahui
secara pasti akan tetapi berhubungan dengan faktor resiko berupa kebiasaan
merokok dimana 90% penderita pelebaran pebuluh darah aorta adalah perokok,
penyakit hipertensi, atherosklerosis, infeksi, penyakit autoimun dan sekitar
20% adalah masalah genetik atau keturunan. Oleh karena parahnya kondisi
aneurisma aorta yang pecah tersebut maka deteksi dini dan pengobatan dini
menjadi hal yang sangat penting. Pengobatan dapat berupa terapi konservatif
dengan obat-obatan, terapi pembedahan terbuka yang dikenal dengan open AAA
repair dan tindakan minimal invasif yang
dikenaldengan endovascular aortic aneurysm repair (EVAR) dan Thoracic
endovascular aortic repair (TEVAR). Tindakan pembedahan terbuka dan minimal
invasif EVAR/TEVAR telah dapat dilakukan oleh subspesialis bedah vaskular
dengan hasil akhir yang baik.
A. |
B. |
C. |
D. |
Gambar 1. A. Tampilan klinis aneurisma aorta perut, tampak pembuluh
darah aorta membesar seperti balon dan cenderung pecah dengan perdarahan hebat.
B. Telah dilakukan operasi terbuka pembuluh darah aorta tersebut diganti dengan
pembuluh darah buatan yang disebut graft. C. Gambaran aneurisma aorta perut
tipe saccular yang biasanya timbul akibat adanya infeksi pada pembuluh darah
aorta tersebut D. Dilakukan intervensi dengan tehnik endovascular aneurysma
repair (EVAR), suatu tehnik tanpa operasi pemasangan endograft, tampak benjolan
aneurisma telah menghilang
Penyakit Penyumbatan Arteri
Perifer (Peripheral Arterial Disease)
Penyakit penyumbatan arteri perifer atau yang dikenal dengan PAD
adalah penyakit dimana terbentuknya plaq pada pembuluh darah arteri yang
membawa darah keluar dari jantung menuju kepala, tungkai dan organ-organ
penting tubuh lain. Plaq tersebut terbantuk dari jaringan lemak, cholesterol,
calsium, jaringan fibrous dan substansi darah. Penyumbatan yang terjadi
bersifat kronis atau memberat perlahan-lahan. Dengan berjalannya waktu plaq
tersebut dapat mengeras dan mempersempit pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan
aliran darah ke tempat penting diseluruh tubuh menjadi kurang dan sampai
menghilang. PAD dapat terjadi pada pembuluh darah arteri kepala, ginjal, usus,
tulang belakang, lengan akan tetapi paling sering mengenai pembuluh darah
arteri pada kaki. Penyumbatan aliran darah pada tungkai menyebabkan rasa nyeri
dan kebas. Resiko infeksi juga meningkat dengan berkurangnya aliran darah
ketungkai. Bila penyumbatan makin parah maka aliran darah tidak lagi mencukupi
kebutuhan jaringan dan menyebabkan jaringan mengalami iskemia, nekrosis dan
gangreen dan sering berakhir dengan amputasi kaki. Tatalaksana dapat berupa
terapi medikamentosa, operasi bypass
graft, atherectomy, dan minimal
invasif dengan angiografi dan pemasangan stent.
Penyakit Thrombosis Vena
Dalam (DVT)
Vena adalah pembuluh darah balik, berbeda dengan arteri, pembuluh
darah vena membawa darah dari jaringan kembali ke jantung. Sistem vena tubuh
manusia terbagi dalam 3 sistem yaitu sistem vena perifer (permukaan), sistem
vena dalam dimana sesuai dengan namanya lokasi anatominya berada pada kompatmen
yang lebih dalam dan biasanya berjalan disamping pembuluh darah arteri.
Penyakit thrombosis vena dalam adalah terbentuknya bekuan darah pada vena
dalam. Bekuan darah terbentuk oleh karena aliran darah yang lambat, adanya
kerusakan dinding pembuluh darah atau substansi darah yang kental dan gampang
beku yang dikenal dengan istilah hypercoagulable.
Keluhan dapat terlihat dengan kaki yang membengkak dan nyeri, kaki terasa panas
dengan kulit kaki kemerahan. Kondisi ini dapat juga berakibat fatal dengan
kematian mendadak diakibatkan bekuan darah yang ada di dalam sistem vena dalam
terlepas dan menutup aliran darah ke paru, atau kondisi yang dikenal pulmonal
emboli. DVT dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan pengencer darah,
thrombolitik, dan stocking kompresi.
Pada kasus dimana resiko pulmonal emboli tinggi atau pasienada kontraindikasi
pemakaian pengencer darah atau pada pasien yang memerlukan operasi pengeluaran
bekuan darah (thrombectomy) maka pada
vena sebelum sampai kejantung dipasang alat yang dinamakan vena cava filter
dengan maksud alat ini nantinya akan menangkap atau memecah bekuan darah
sebelum masuk ke jantung. Penyakit thrombosis vena dalam apabila terapinya
tidak baik maka vena akan rusak dan penderita akan mengalami bengkak menahun
yang disebut sindroma post thrombotik, atau berlanjut menjadi kondisi luka
parah yang disebut phlegmasia cerulia dolens dan berlanjut juga menjadi
gangrenous vena.
A. |
B. |
C. |