Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru
Selama 3 bulan kita hidup penuh dengan berita tentang Covid-19, di TV, radio, media sosial atau media digital, obrolan di rumah, di kantor, dan di telepon juga bicara tentang Covid-19. Berbagai respon dan reaksi ditunjukkan oleh masyarakat, ada yang sedih, cemas, takut, gemas, khawatir, marah-marah, tetapi ada juga yang tenang atau tetap percaya diri.
Covid-19
berhasil mengubah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari baik di rumah, di
sekolah, di tempat kerja, di jalan, dan dimanapun. Kita dibuatnya seakan tak
berdaya, karena gerak langkah kita dibatasi dengan adanya Covid-19, sehingga
membuat kita tidak produktif yang berdampak pada masalah ekonomi keluarga,
masyarakat, daerah dan negara.
Penyebaran Virus Corona
Covid-19
memang benar-benar luar biasa. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus corona, sebuah makhluk sangat kecil berukuran sekitar 125 nanometer namun
bisa menyebabkan kematian. Covid-19 ditandai dengan munculnya gejala batuk
pilek, flu, demam, gangguan pernapasan, namun ada juga yang tidak nampak/muncul
gejalanya, dan dalam kondisi parah bisa menyebabkan gagal napas dan berakhir
pada kematian. Penularannya melalui droplets atau percikan
batuk atau bersin.
Virus
dapat berpindah secara langsung melalui percikan batuk atau bersin dan napas
orang yang terinfeksi yang kemudian terhirup orang sehat. Virus juga dapat
menyebar secara tidak langsung melalui benda-benda yang tercemar virus akibat
percikan atau sentuhan tangan yang tercemar virus. Virus bisa tertinggal di
permukaan benda-benda dan hidup selama beberapa jam hingga beberapa hari, namun
cairan disinfektan dapat membunuhnya.
Penyakit
ini belum ada obat/vaksinnya dan sudah menjadi pandemi yang menyebabkan banyak
kematian di dunia maupun di Indonesia dan sampai saat ini kasusnya masih terus
meningkat.
Untuk
melawan virus hal utama yang perlu kita lakukan adalah melakukan tindakan
pencegahan seperti: sering cuci tangan pakai sabun, menerapkan etika
batuk/pakai masker, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga jarak dan hindari
kerumunan.
Cukup
mudah, bukan? Intinya harus selalu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kelihatannya hal ini sepele, tetapi kenyataannya masih cukup banyak yang tidak
melakukan hal tersebut.
Kementerian
Kesehatan beserta jajarannya di daerah tak henti-hentinya melakukan
sosialisasi, edukasi kepada masyarakat agar paham apa yang harus dilakukan
supaya terhindar dari Covid-19. Namun, hasilnya masih belum memuaskan karena
kasusnya masih terus meningkat.
From New Normal to Adaptasi Kebiasaan Baru.
Presiden
RI Joko Widodo dalam pidato resminya di Istana Merdeka (15 Mei 2020) menyatakan
bahwa: “Kehidupan Kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini.
Itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai New
Normal atau tatanan kehidupan baru. ” .
Pada
masa pandemi masyarakat Indonesia diharuskan hidup dengan tatanan hidup baru,
yang dapat ‘berdamai’ dengan COVID-19. Adapun yang dimaksud dengan
New Normal adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat
dan semua institusi yang ada di wilayah tersebut untuk melakukan pola harian
atau pola kerja atau pola hidup baru yang berbeda dengan sebelumnya. Bila hal
ini tidak dilakukan, akan terjadi risiko penularan.
Tujuan
dari New Normal adalah agar masyarakat tetap produktif dan
aman dari Covid-19 di masa pandemi.
Selanjutnya
agar New Normal lebih mudah diinternalisasikan oleh masyarakat maka
“New
Normal” dinarasikan menjadi “Adaptasi Kebiasaan Baru”. Maksud dari Adaptasi
Kebiasaan Baru adalah agar kita bisa bekerja, belajar dan beraktivitas dengan
produktif di era Pandemi Covid-19.
Memulai Kebiasaan Baru
Apakah
kita mau terus hidup dengan pembatasan? Tinggal di rumah terus? Sudah pasti
jawabannya: Tidak. Tentunya, kita ingin kembali bisa bekerja, belajar, dan
bersosialisasi atau aktivitas lainnya agar dapat produktif di era pandemi. Hal
ini bisa dilakukan kalau kita beradaptasi dengan kebiasaan baru yaitu disiplin
hidup sehat dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Kebiasaan
baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan
setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam
kehidupan sehari hari.
Bila
kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh
sekelompok orang saja, maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah gelombang kedua.
Kebiasaan lama yang sering dilakukan, seperti bersalaman, cipika-cipiki, cium
tangan, berkerumun/ bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan
karena mendukung penularan Covid-19.
Dimana dan Apa?
Kita
dituntut untuk mampu mengadaptasi/ menyesuaikan kebiasaan baru dimanapun kita
berada, seperti di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, dan juga di
tempat-tempat umum, seperti terminal, pasar, dan mal. Diharapkan dengan
seringnya menerapkan kebiasaan baru dimanapun, semakin mudah dan cepat menjadi
norma individu dan norma masyarakat.
Dengan
demikian, kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya dengan
aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah:
- sering
cuci tangan pakai sabun
- pakai
masker
- jaga
jarak
- istirahat
cukup dan rajin olahraga
- makan
makanan bergizi seimbang
Inilah
pesan kunci yang perlu dilakukan secara disiplin, baik secara individu maupun
kolektif agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai.
Saatnya
menjadi pelopor adaptasi kebiasaan baru.
Salam
sehat…
oleh
Theresia Irawati, SKM, M.Kes
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Sumber : www.promkes.kemenkes.go.id